Kasus Anak Kecanduan Gadget Semakin Meningkat, Serupa Dengan Pecandu Narkoba - Portal Masyarakat

Menu Nav

    Social Items

Ilustrasi Anak-anak bermain gadget
Ilustrasi Anak-anak bermain gadget, sumber verywellfamily

PORTAL MASYARAKAT - Direktur Utama RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, Dr. Fidiansjah Sp.KJ, menyebut bahwa jumlah anak dan balita yang kecanduan gadget, kecanduan game, dan kecanduan dunia online sampai mengalami temper tantrum di Indonesia kian meningkat tiap harinya.



Malahan beliau mengatakan bahwa efek kecanduan gadget pada anak dan balita serupa seperti pecandu narkoba.


Beliau menyebut bahwa di rumah sakit jiwa tertua di Indonesia tersebut, kasus gangguan mental anak dan balita yang mengalami adiksi gadget atau kecanduan game kian bertambah.


Diperbandingkan narkoba yang sirkulasinya diawasi dan serta ada ancaman sanksi bagi penggunanya, kecanduan gadget pada anak dan balita tak ada pengawasan yang dapat dipercaya, kecuali dari orang tua.


"Ukuran ganja dan narkotika dipantau undang-undang, sehingga bahannya susah di dapatkan. Tetapi ini (kecanduan gadget) cuma memerlukan jaringan, mereka mampir di kafe, dapat kuota yang singkat dan efisien, mereka bisa mengakses semua hal, ucap Dr. Fidiansjah ketika dalam acara Grand Launching, Ruang Ortu by ASIA, Sabtu (13/8/2022).


Temper tantrum ialah letupan amarah yang sering kali terjadi pada ketika anak dan balita memperlihatkan sikap negatif atau penolakan.



Dan yang membikin miris, amarah yang meledak ini bukan lagi disebabkan anak dan balita sekedar berkeinginan mainan seperti boneka atau mobilan, melainkan dapat disebabkan kehabisan kuota dan tak dapat mengakses dunia maya atau bermain game.


Beliau menambahkan, ketika anak dan balita kecanduan gadget, biasanya mereka akan memaksimalkan perilaku temper tantrum, dampak dari fungsi cortex prefrontal yang ada di otak terganggu.


Sedangkan prefrontal korteks ialah komponen otak yang spesial pada manusia, yang berfungsi untuk mengontrol fungsi eksekutif, yakni kecakapan merencanakan sesuatu, membikin keputusan, mengatasi permasalahan, mengendalikan diri, mengingat perintah, menimbang konsekuensi, dan lain-lain.


Kemudian mereka menyendiri dan memakai gadget dan dunia online sebagai satu perbuatan obsesif kompulsif, persis sama seperti candunya orang pemakai putaw, candunya orang terkena ganja, amfetamin, jelasnya.



Sebab komponen otak yang dievaluasi istimewa ini belum dapat berprofesi optimal ketika masih umur anak dan balita, maka biasanya mereka tak dapat membedakan mana tindakan bagus dan buruk.


Kemauan ini menjadi lebih parah, sebab adanya suasana neuroscience yang ketergantungannya, bukan cuma kemudian konteks sesuatu bersifat psikis, melainkan setelah bersifat neurofisiologis, ujar Dr. Fidiansjah ketika dalam acara Grand Launching, Ruang Ortu by ASIA, Sabtu (13/8/2022).


Sehingga berdasarkan dokter yang juga orang tua murid di Kampus Al-Azhar ini, gangguan tak cuma secara psikis atau permasalahan mental, tetapi telah memberi pengaruh perkembangan otak anak dan balita.


Kecanduan yang memberi pengaruh otak anak dan balita ini, pada akibatnya memengaruhi sistem anak dan balita tersebut bersikap, malahan mereka tak sanggup lagi berpikir jernih membedakan mana yang baik dan benar.


Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah pusat rujukan nasional pelayanan kesehatan jiwa yang sekaligus merupakan Rumah Sakit Jiwa tertua di Indonesia. Rumah Sakit Jiwa ini didirikan pada zaman penjajahan Belanda pada 1 Juli 1882, yang saat itu dikenal bernama Hetkrankzinnigengestich Buitenzorg.



Baca Juga

Kasus Anak Kecanduan Gadget Semakin Meningkat, Serupa Dengan Pecandu Narkoba

Ilustrasi Anak-anak bermain gadget
Ilustrasi Anak-anak bermain gadget, sumber verywellfamily

PORTAL MASYARAKAT - Direktur Utama RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, Dr. Fidiansjah Sp.KJ, menyebut bahwa jumlah anak dan balita yang kecanduan gadget, kecanduan game, dan kecanduan dunia online sampai mengalami temper tantrum di Indonesia kian meningkat tiap harinya.



Malahan beliau mengatakan bahwa efek kecanduan gadget pada anak dan balita serupa seperti pecandu narkoba.


Beliau menyebut bahwa di rumah sakit jiwa tertua di Indonesia tersebut, kasus gangguan mental anak dan balita yang mengalami adiksi gadget atau kecanduan game kian bertambah.


Diperbandingkan narkoba yang sirkulasinya diawasi dan serta ada ancaman sanksi bagi penggunanya, kecanduan gadget pada anak dan balita tak ada pengawasan yang dapat dipercaya, kecuali dari orang tua.


"Ukuran ganja dan narkotika dipantau undang-undang, sehingga bahannya susah di dapatkan. Tetapi ini (kecanduan gadget) cuma memerlukan jaringan, mereka mampir di kafe, dapat kuota yang singkat dan efisien, mereka bisa mengakses semua hal, ucap Dr. Fidiansjah ketika dalam acara Grand Launching, Ruang Ortu by ASIA, Sabtu (13/8/2022).


Temper tantrum ialah letupan amarah yang sering kali terjadi pada ketika anak dan balita memperlihatkan sikap negatif atau penolakan.



Dan yang membikin miris, amarah yang meledak ini bukan lagi disebabkan anak dan balita sekedar berkeinginan mainan seperti boneka atau mobilan, melainkan dapat disebabkan kehabisan kuota dan tak dapat mengakses dunia maya atau bermain game.


Beliau menambahkan, ketika anak dan balita kecanduan gadget, biasanya mereka akan memaksimalkan perilaku temper tantrum, dampak dari fungsi cortex prefrontal yang ada di otak terganggu.


Sedangkan prefrontal korteks ialah komponen otak yang spesial pada manusia, yang berfungsi untuk mengontrol fungsi eksekutif, yakni kecakapan merencanakan sesuatu, membikin keputusan, mengatasi permasalahan, mengendalikan diri, mengingat perintah, menimbang konsekuensi, dan lain-lain.


Kemudian mereka menyendiri dan memakai gadget dan dunia online sebagai satu perbuatan obsesif kompulsif, persis sama seperti candunya orang pemakai putaw, candunya orang terkena ganja, amfetamin, jelasnya.



Sebab komponen otak yang dievaluasi istimewa ini belum dapat berprofesi optimal ketika masih umur anak dan balita, maka biasanya mereka tak dapat membedakan mana tindakan bagus dan buruk.


Kemauan ini menjadi lebih parah, sebab adanya suasana neuroscience yang ketergantungannya, bukan cuma kemudian konteks sesuatu bersifat psikis, melainkan setelah bersifat neurofisiologis, ujar Dr. Fidiansjah ketika dalam acara Grand Launching, Ruang Ortu by ASIA, Sabtu (13/8/2022).


Sehingga berdasarkan dokter yang juga orang tua murid di Kampus Al-Azhar ini, gangguan tak cuma secara psikis atau permasalahan mental, tetapi telah memberi pengaruh perkembangan otak anak dan balita.


Kecanduan yang memberi pengaruh otak anak dan balita ini, pada akibatnya memengaruhi sistem anak dan balita tersebut bersikap, malahan mereka tak sanggup lagi berpikir jernih membedakan mana yang baik dan benar.


Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah pusat rujukan nasional pelayanan kesehatan jiwa yang sekaligus merupakan Rumah Sakit Jiwa tertua di Indonesia. Rumah Sakit Jiwa ini didirikan pada zaman penjajahan Belanda pada 1 Juli 1882, yang saat itu dikenal bernama Hetkrankzinnigengestich Buitenzorg.