Tanggapan Pertamina Soal Isu Pertalite Naik Jadi Rp10.000 - Portal Masyarakat

Menu Nav

    Social Items

SPBU Pertamina
SPBU Pertamina

Sinyal-sinyal harga BBM tipe Pertalite naik terus menguat. Pemerintah senantiasa menekankan bahwa dikala ini harga Pertalite masih dibendung sampai menjadi beban APBN.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto memberi tahu bahwa tahun ini sektor energi menjadi tantangan. Maka dari itu, pemerintah menyiapkan anggaran subsidi dan kompensasi dengan nominal Rp 502,4 triliun.

Airlangga mengatakan subsidi digelontorkan supaya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama Pertalite dan Pertamax tak mengalami kenaikan atau bertahan di bawah harga keekonomian.

Kita lihat harga keekonomian Pertamax Rp 15.150/liter, tetapi kita masih memberikan harga eceran Rp 12.500/liter, demikian pula Pertalite keekonomiannya Rp 13.150/liter, ecerannya masih Rp 7.650/liter.

Airlangga segera memperbandingkan harga BBM di negara lain dengan Indonesia yang dievaluasi masih jauh lebih murah. "Thailand Rp 19.500/liter, Vietnam Rp 16.645/liter, Filipina Rp 21.352/liter, sehingga kita relatif di bawah dari negara ASEAN lain," ujar beliau.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun malahan pernah mengatakan harga Pertalite mesti menempuh Rp 17.100 per liter. Hal itu diucapkan Jokowi dalam Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) yang disiarkan secara virtual pada Jumat, 5 Agustus lalu.

"Coba di negara kita bayangkan, apabila Pertalite naik 7.650 harga kini ini kemudian naik menjadi, harga yang bener yaitu 17.100, demonya berapa bulan?" kata Jokowi.

Kecuali itu, Jokowi berkali-kali menyebut bahwa beban APBN menanggung subsidi energi telah terlalu berat. Maka, perlu banyak yang mengevaluasi apabila harga Pertalite naik.

"Kita seharusnya membendung harga Pertalite, gas, listrik, termasuk Pertamax, gede sekali. Namun apakah angka Rp 502 triliun terus kuat kita pertahankan?," kata Jokowi di Istana Negara, Jumat (8/12/2022).

Subsidi Rp 502,4 triliun dirasa cukup besar diperbandingkan dengan negara-negara lain. Berkaitan hal ini Jokowi tak bisa menentukan apakah pemerintah sanggup membendung harga-harga melewati subsidi atau tidak.

"Seandainya sanggup Alhamdulillah, artinya rakyat tak terbebani. Tetapi jikalau APBN tak kuat bagaimana? Negara lain harga BBM telah Rp 17 ribu-Rp 18 ribu, naik 2 kali lipat semuanya. Ya memang harga keekonomiannya seperti itu," imbuhnya.

Sementara itu, di daerah yang berbeda Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga mengirimkan sinyal bila sekiranya harga BBM subsidi akan naik. Ia menyebut angka subsidi dapat menempuh Rp 500 triliun hingga Rp 600 triliun.

"Hingga kapan APBN kita kuat menghadapi subsidi yang begitu tinggi? Jadi bantu sampaikan juga terhadap rakyat, bahwa rasa-rasanya sih untuk membendung terus dengan harga BBM seperti kini, feeling aku sih seharusnya siap-siap (harga Pertalite naik), apabila katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," ungkapnya.

Baca Juga

Tanggapan Pertamina Soal Isu Pertalite Naik Jadi Rp10.000

SPBU Pertamina
SPBU Pertamina

Sinyal-sinyal harga BBM tipe Pertalite naik terus menguat. Pemerintah senantiasa menekankan bahwa dikala ini harga Pertalite masih dibendung sampai menjadi beban APBN.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto memberi tahu bahwa tahun ini sektor energi menjadi tantangan. Maka dari itu, pemerintah menyiapkan anggaran subsidi dan kompensasi dengan nominal Rp 502,4 triliun.

Airlangga mengatakan subsidi digelontorkan supaya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama Pertalite dan Pertamax tak mengalami kenaikan atau bertahan di bawah harga keekonomian.

Kita lihat harga keekonomian Pertamax Rp 15.150/liter, tetapi kita masih memberikan harga eceran Rp 12.500/liter, demikian pula Pertalite keekonomiannya Rp 13.150/liter, ecerannya masih Rp 7.650/liter.

Airlangga segera memperbandingkan harga BBM di negara lain dengan Indonesia yang dievaluasi masih jauh lebih murah. "Thailand Rp 19.500/liter, Vietnam Rp 16.645/liter, Filipina Rp 21.352/liter, sehingga kita relatif di bawah dari negara ASEAN lain," ujar beliau.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun malahan pernah mengatakan harga Pertalite mesti menempuh Rp 17.100 per liter. Hal itu diucapkan Jokowi dalam Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) yang disiarkan secara virtual pada Jumat, 5 Agustus lalu.

"Coba di negara kita bayangkan, apabila Pertalite naik 7.650 harga kini ini kemudian naik menjadi, harga yang bener yaitu 17.100, demonya berapa bulan?" kata Jokowi.

Kecuali itu, Jokowi berkali-kali menyebut bahwa beban APBN menanggung subsidi energi telah terlalu berat. Maka, perlu banyak yang mengevaluasi apabila harga Pertalite naik.

"Kita seharusnya membendung harga Pertalite, gas, listrik, termasuk Pertamax, gede sekali. Namun apakah angka Rp 502 triliun terus kuat kita pertahankan?," kata Jokowi di Istana Negara, Jumat (8/12/2022).

Subsidi Rp 502,4 triliun dirasa cukup besar diperbandingkan dengan negara-negara lain. Berkaitan hal ini Jokowi tak bisa menentukan apakah pemerintah sanggup membendung harga-harga melewati subsidi atau tidak.

"Seandainya sanggup Alhamdulillah, artinya rakyat tak terbebani. Tetapi jikalau APBN tak kuat bagaimana? Negara lain harga BBM telah Rp 17 ribu-Rp 18 ribu, naik 2 kali lipat semuanya. Ya memang harga keekonomiannya seperti itu," imbuhnya.

Sementara itu, di daerah yang berbeda Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga mengirimkan sinyal bila sekiranya harga BBM subsidi akan naik. Ia menyebut angka subsidi dapat menempuh Rp 500 triliun hingga Rp 600 triliun.

"Hingga kapan APBN kita kuat menghadapi subsidi yang begitu tinggi? Jadi bantu sampaikan juga terhadap rakyat, bahwa rasa-rasanya sih untuk membendung terus dengan harga BBM seperti kini, feeling aku sih seharusnya siap-siap (harga Pertalite naik), apabila katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," ungkapnya.